google-site-verification: google05c48a55a4228fa2.html

Haidar Alwi: OCCRP Lembaga Kaleng Yang Ciptakan Persepsi Halusinatif

Minggu, 12 Januari 2025 - 13:01 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute / foto ist

Pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute / foto ist

 

dinamikanews.net – Pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute, Haidar Alwi, memberikan tanggapannya terkait laporan kontroversial dari OCCRP (Organized Crime and Corruption Reporting Project), yang menempatkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam daftar finalis tokoh dunia terkorup. Haidar Alwi menyebut OCCRP sebagai “lembaga kaleng” yang metodenya tidak kredibel dan bertendensi politis.

“Labelisasi terhadap Jokowi sebagai salah satu tokoh dunia terkorup ini adalah halusinasi yang dibentuk melalui persepsi manipulatif. Tidak ada bukti konkret, hanya propaganda yang didorong oleh agenda tertentu,” ujar Haidar Alwi.

Kontroversi OCCRP dan Keterlibatan Donor Pro-Barat.

OCCRP, menurut Haidar Alwi, merupakan sebuah lembaga investigasi yang didirikan oleh Paul Radu dan Drew Sullivan, yang dikenal memiliki hubungan dekat dengan politisi kontroversial anti-Islam seperti Geert Wilders. “Lembaga ini jelas-jelas mendapatkan pendanaan dari organisasi dan lembaga pro-Barat, seperti USAID, Open Society Foundation (milik George Soros), Dutch Postcode Lottery, Ford Foundation, Rockefeller Brothers Fund, hingga Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat dan Prancis. Dengan pendanaan semacam ini, independensi mereka patut dipertanyakan,” tegas Haidar Alwi.

Baca Juga :  Transformasi Kerja Pemerintah, Fokus Pemindahan ASN ke IKN

Haidar Alwi menjelaskan bahwa OCCRP sebelumnya pernah menyebut tokoh-tokoh seperti Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebagai tokoh dunia terkorup. “Ini bukan tentang korupsi, tetapi lebih kepada siapa yang menjadi penghalang agenda Barat,” kata Haidar Alwi.

Haidar juga menggarisbawahi bahwa metode OCCRP sangat tidak profesional. “Mereka hanya mengandalkan polling internet dan voting oleh redaktur senior. Ini bukan metode investigasi yang kredibel, melainkan manipulasi opini publik yang dibalut dengan nama besar NGO internasional,” tambah Haidar Alwi.

Laporan OCCRP dan Kolaborasi dengan Pihak Lokal.

Dalam kasus Indonesia, Haidar Alwi menyoroti dugaan kolaborasi OCCRP dengan Tempo dan seorang akademisi, Bivitri Susanti. Menurutnya, kolaborasi ini sengaja dimanfaatkan untuk menyerang Jokowi secara personal. “Ini adalah penggiringan opini yang penuh dengan kebencian. Sementara rakyat mendapat kabar baik, kado tahun baru berupa progam makan bergizi untuk anak anak Indonesia dari pemerintahan Prabowo Subianto, haters Jokowi justru merayakan berita absurd ini,” jelas Haidar Alwi.

Menurut Haidar Alwi, persepsi yang dibangun oleh pihak-pihak seperti “Anak Abah” dan “Anak Kebo” adalah bentuk halusinasi massal. “Mereka kehilangan sense of reality dan menerima informasi manipulatif tanpa verifikasi. Labelisasi Jokowi sebagai tokoh terkorup tanpa bukti adalah omong kosong,” kata Haidar Alwi dengan tegas.

Baca Juga :  Kurban 20 Ekor Sapi, Ridhohul Khukam: Daging Yang Dibagikan Gunakan Daun Jati

Jokowi dan Fakta Pembangunan Nyata.

Haidar Alwi juga menekankan bahwa kepemimpinan Jokowi selama dua periode telah memberikan hasil nyata bagi bangsa. “Jokowi adalah presiden yang bekerja nyata, bukan sekadar retorika. Rakyat Indonesia, yang semakin cerdas, tentu tidak akan mudah terpengaruh oleh opini-opini liar seperti ini,” ujar Haidar Alwi.

Dia juga menambahkan, “Upaya menjatuhkan nama baik Jokowi justru akan menjadi bumerang bagi mereka yang melakukannya. Fakta tidak bisa dibantah, dan nama baik Jokowi akan terus terjaga berkat kerja keras dan prestasinya.”

Haidar Alwi menyimpulkan bahwa OCCRP bukanlah lembaga yang dapat dipercaya dalam hal objektivitas dan integritas. “Kredibilitas OCCRP sudah hancur karena mereka hanya menjadi alat propaganda pihak tertentu. Rakyat Indonesia harus bersatu untuk menolak segala bentuk fitnah yang merusak persatuan bangsa,” pungkas Haidar Alwi.

Berita Terkait

Raisya Rasendria Tsaniah Ikuti Kejuaraan Pencak Silat Tingkat Nasional “Jakarta Arisaka Championship 2025”
Pastikan Kemudahan Layanan, Pemerintah Lakukan Evaluasi Piloting Program Digitalisasi Bansos
Warga Desa Sarakan Keluhkan Kabel Wi-Fi Berantakan dan Tiang Tanpa Izin
Ketua DPC LSM Seroja, Muhidin, Apresiasi Keberhasilan Kecamatan Pakuhaji Raih Juara Umum di Porkab Tangerang
Miris! Kecamatan Curug: Juara Umum PORKAB Dulu, Kini Terpuruk di Peringkat 19
Warga Tangerang Soroti PORKAB: Dorong Prestasi Atlet Muda, Tolak Gengsi dan Pemalsuan Identitas
Luapan Kali Gondang Merendam Pemukiman dan Persawahan, Wurja Minta Segera Normalisasi 
Polres Metro Tangerang Kota Berhasil Temukan Gadis 16 Tahun yang Diduga Dibawa Pergi Tanpa Izin Orang Tua

Berita Terkait

Sabtu, 15 November 2025 - 21:08 WIB

Raisya Rasendria Tsaniah Ikuti Kejuaraan Pencak Silat Tingkat Nasional “Jakarta Arisaka Championship 2025”

Jumat, 14 November 2025 - 13:19 WIB

Pastikan Kemudahan Layanan, Pemerintah Lakukan Evaluasi Piloting Program Digitalisasi Bansos

Jumat, 14 November 2025 - 09:54 WIB

Warga Desa Sarakan Keluhkan Kabel Wi-Fi Berantakan dan Tiang Tanpa Izin

Jumat, 14 November 2025 - 06:28 WIB

Ketua DPC LSM Seroja, Muhidin, Apresiasi Keberhasilan Kecamatan Pakuhaji Raih Juara Umum di Porkab Tangerang

Kamis, 13 November 2025 - 19:06 WIB

Miris! Kecamatan Curug: Juara Umum PORKAB Dulu, Kini Terpuruk di Peringkat 19

Berita Terbaru