Jakarta, DinamikaNews.Net–Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Todotua Pasaribu menyatakan bahwa Indonesia membutuhkan realisasi investasi sebesar Rp13.528 triliun dalam lima tahun ke depan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8%. Pernyataan ini disampaikan dalam Forum Diskusi bertema “Strategi Investasi Membangun Ekonomi Berkelanjutan”, yang merupakan kolaborasi dengan CNN, pada Selasa (20/11). Todotua menekankan bahwa target investasi ini juga diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja bagi 3,74 juta orang, yang menjadi fokus utama Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
“Ada tiga fundamental utama berbicara mengenai pertumbuhan ekonomi 8%, yang pertama adalah bagaimana kita bisa menggenjot investasi dan khususnya juga dalam konteks hilirisasi, yang kedua adalah kita berbicara terhadap konsep pelaksanaan digitalisasi, tentunya ini adalah konsep bagaimana mempermudah ekonomi dan realisasi investasi, dan yang ketiga satu hal yang tidak kalah penting adalah kita juga berbicara mengenai green economy fund,” jelas Todotua.
Dalam pemaparannya, Todotua menjelaskan bahwa Asta Cita Presiden Prabowo menempatkan hilirisasi sebagai salah satu prioritas strategis untuk mendorong ekonomi berkelanjutan. Upaya ini diarahkan untuk meningkatkan kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi hijau, dan ekonomi biru. Selain itu, pengembangan industri kreatif, penciptaan lapangan kerja berkualitas, serta penguatan kewirausahaan menjadi bagian integral dari strategi ini.
Todotua juga menyoroti pentingnya pembangunan sumber daya manusia yang unggul, termasuk di bidang sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, kesetaraan gender, serta pemberdayaan perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas.
Menurut Todotua, sebagian besar visi dari Asta Cita ini berkaitan erat dengan tugas dan kewenangan Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, terutama dalam melanjutkan agenda hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri. Upaya ini menjadi landasan bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan yang memberikan manfaat langsung kepada masyarakat.
“Bagaimana kita mau mengarahkan pemanfaatan terhadap sumber daya alam sehingga memberikan added value yang jauh lebih besar, untuk pencapaian penambahan revenue negara dan juga untuk kita bisa menggenjot pertumbuhan negara,” tambah Todotua.
Lebih lanjut, Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM telah menyusun peta jalan hilirisasi untuk 28 komoditas strategis di delapan sektor utama. Peta jalan ini menawarkan potensi investasi senilai USD 618,1 miliar yang diperkirakan mampu menciptakan lapangan kerja untuk lebih dari 3 juta orang, serta meningkatkan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) hingga USD 235,9 miliar.
Todotua juga mengungkapkan bahwa Kementerian telah menetapkan sembilan program quick wins untuk mendorong investasi dan mendukung hilirisasi. Program ini mencakup optimalisasi insentif fiskal seperti tax holiday, integrasi sistem digital antar-kementerian, dan pengembangan kawasan investasi strategis. Selain itu, Kementerian juga berfokus pada penyelesaian hambatan investasi, termasuk mengatasi permasalahan pada lima perusahaan dengan nilai total Rp556 triliun. Program ini diharapkan dapat memberikan kepastian berusaha dan meningkatkan daya tarik Indonesia sebagai tujuan investasi global
Sejalan dengan Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi, Direktur CNN Indonesia Desi Anwar menyampaikan kunci dapat tercapainya target pertumbuhan ekonomi 8%, serta 0% kemiskinan ada di investasi dan hilirisasi. Hal ini menjadi suatu tantangan khususnya bagi Kementerian Investasi dan Hilirisasi untuk dapat menggaet masuk minat investasi.
“Forum ini penting bagaimana kita mencapai target pertumbuhan pembangunan sesuai dengan yang diinginkan tapi tanpa merusak alam, sustainable, dan berkesinambungan, ini merupakan suatu tantangan yang juga lebih penting lagi dari mana kita bisa mendapatkan investasinya,” tegas Desi.
Dalam sesi diskusi panel yang digelar, sejumlah stakeholder mendukung akselerasi investasi melalui hilirisasi berbasis ekonomi hijau. Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) menegaskan pentingnya pengembangan sektor ekonomi hijau sebagai tulang punggung pertumbuhan nasional, memanfaatkan potensi seperti critical mineral dan teknologi carbon capture. HIPMI menyoroti peran pengusaha daerah dalam mendukung hilirisasi, terutama di luar Pulau Jawa, dengan fokus pada sektor mineral, migas, dan perkebunan. Sementara itu, INDEF menggarisbawahi perlunya pendekatan “carrot and stick” untuk memastikan keberlanjutan investasi, termasuk insentif yang berimbang dan regulasi tegas. Forum ini menjadi momentum untuk menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, pengusaha, dan masyarakat dalam membangun roadmap hilirisasi yang inklusif dan berkelanjutan.
Dihadiri oleh lebih dari 100 peserta, yang berasal dari sektor finansial, investasi, manufaktur, dan aneka industri lainnya, Forum Diskusi yang terlaksana hari ini bertujuan untuk memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang kebijakan dan strategi investasi, serta berbagai insentif yang dapat diperoleh oleh investor. Forum ini juga menyoroti peluang investasi menarik di Indonesia, yang didukung dengan strategi optimal bagi investor domestik maupun asing. Turut hadir juga Dedi Latip selaku Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM.(*)