Kab Tangerang, Dinamikanews.net- Masyarakat daerah merupakan bagian penting dari wajah Indonesia. Mereka hidup berdampingan dengan alam, menggantungkan hidup dari pertanian, perkebunan, dan sumber daya lokal seperti di Kabupaten Tangerang contohnya.
Salah satu masalah utama adalah ketimpangan antara pembangunan fisik dan peningkatan kualitas hidup.
Di Kab Tangerang sendiri dalam beberapa tahun terakhir, pembangunan mulai menyentuh wilayah pedesaan melalui berbagai program infrastruktur, bantuan sosial, hingga digitalisasi desa. Namun, opini masyarakat pedesaan terhadap pembangunan tidak selalu positif. Banyak yang merasa pembangunan belum menyentuh kebutuhan mereka yang paling mendasar.
Pembangunan jalan atau jembatan memang penting, tetapi masyarakat desa sering kali lebih membutuhkan akses terhadap pendidikan, kesehatan, serta peningkatan kapasitas pertanian. hal yang tak banyak didiskusikan tapi tak banyak penyelesaian.
Bagi masyarakat Tangerang seperti petani, misalnya, mengeluhkan minimnya pendampingan teknis dan sulitnya akses pasar untuk hasil pertanian mereka. Bantuan alat modern tanpa pelatihan yang memadai justru membuat alat-alat itu mangkrak, tidak terpakai.
Selain itu, pembangunan di desa kadang dilakukan tanpa melibatkan masyarakat secara aktif.
Masyarakat sering hanya diberi informasi bahwa sebuah proyek akan dilaksanakan, bukan diajak bicara soal apa yang benar-benar mereka butuhkan. Akibatnya, tidak sedikit proyek yang tidak sesuai dengan konteks lokal, baik secara budaya maupun ekonomi. Hal ini menimbulkan kesan bahwa pembangunan hanya sebatas formalitas, bukan solusi.
Opini masyarakat desa juga menunjukkan bahwa mereka menginginkan pembangunan yang berkelanjutan, bukan hanya proyek jangka pendek yang menghabiskan anggaran tapi tidak memberi dampak jangka panjang.
Mereka ingin agar potensi lokal diberdayakan bukan digantikan.
Misalnya, pengembangan pariwisata desa seharusnya melibatkan masyarakat sebagai pelaku utama, bukan hanya sebagai penonton dari proyek yang dikerjakan pihak luar.
Di sisi lain, tidak sedikit pula masyarakat desa yang mulai merasakan manfaat pembangunan. Akses jalan yang lebih baik membuat distribusi hasil tani lebih lancar. Adanya internet di beberapa desa juga membuka peluang baru, terutama bagi generasi muda. Namun, semua ini akan sia-sia jika tidak diimbangi dengan upaya untuk meningkatkan kapasitas masyarakat desa sendiri.
Pembangunan pedesaan seharusnya berangkat dari dialog yang terbuka dan jujur antara pemerintah dan masyarakat. Harus ada keberanian untuk mendengar apa yang benar-benar dibutuhkan, bukan sekadar menjalankan proyek yang sudah dirancang di meja birokrasi.
Masyarakat pedesaan bukan sekadar penerima manfaat pembangunan. Mereka adalah mitra utama dalam proses pembangunan itu sendiri. Tanpa mendengar dan melibatkan mereka, pembangunan hanya akan menjadi bangunan tanpa jiwa.
Penulis : Yudi