google-site-verification: google05c48a55a4228fa2.html

Budaya Suran: Refleksi Spiritualitas dan Kearifan Lokal

Jumat, 27 Juni 2025 - 15:16 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tangerang, Dinamikanews.net – Di tengah arus globalisasi dan modernitas, sebagian generasi muda mulai melupakan makna esensial Suran. Padahal, tradisi ini justru relevan untuk menjawab krisis spiritual dan sosial hari ini.

Sebagai Upaya revitalisasi budaya Suran,  perlu melakukan melalui pendidikan budaya, penguatan komunitas adat, serta pelibatan generasi muda dalam praktik kebudayaan secara aktif dan kreatif.

Budaya Suran adalah salah satu tradisi penting dalam khazanah budaya Jawa yang diselenggarakan setiap bulan Sura, bulan pertama dalam penanggalan Jawa atau Hijriyah. Tradisi ini bukan sekadar seremoni adat, melainkan manifestasi dari spiritualitas, penghormatan terhadap leluhur, dan upaya menjaga keharmonisan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. Dalam masyarakat Jawa, Suran menjadi momen sakral yang sarat makna filosofis dan simbolik, yang diwariskan lintas generasi sebagai bentuk perawatan identitas budaya.

Makna Bulan Sura dalam Kosmologi Jawa

Bulan Sura (berasal dari bahasa Arab “Asyura”) dianggap sebagai bulan keramat dan penuh pantangan. Masyarakat Jawa mempercayai bahwa Sura adalah waktu yang sangat baik untuk melakukan introspeksi, ritual pembersihan diri, dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Dalam tradisi keraton, Sura menjadi momen penting bagi kegiatan spiritual dan ritual kerajaan, seperti Tapa Bisu Mubeng Beteng di Keraton Yogyakarta.

karena itu, Filosofi bulan Sura diidentikkan dengan siklus kehidupan dan kematian, kebeningan batin, dan kesadaran spiritual. Oleh karena itu, masyarakat Jawa sangat menghindari kegiatan yang berorientasi duniawi seperti pesta pernikahan, perayaan besar, atau kegiatan hura-hura selama bulan ini.

Baca Juga :  PWI Somasi Ketua Dewan PERS

Ragam Tradisi Suran di Masyarakat Jawa

1. Tirakatan dan Malam Satu Sura. Warga berkumpul di langgar, masjid, atau rumah tetua adat malam menjelang tanggal 1 Sura  untuk berdoa bersama, membaca doa atau tahlil, dan merenungkan perjalanan hidup. Tirakatan mencerminkan laku spiritual untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan mengenang jasa para leluhur.

2. Mubeng Beteng. Tradisi ini khusus dilakukan oleh abdi dalem dan masyarakat Keraton Yogyakarta. Peserta melakukan ritual berjalan kaki mengelilingi benteng kraton dalam keheningan total (tapa bisu), sebagai bentuk laku prihatin dan pembersihan batin.

3. Jamasan Pusaka.  Tradisi membersihkan atau memandikan benda-benda pusaka (keris, tombak, tombak, tombak, dll). Bagi masyarakat Jawa, pusaka bukan hanya benda warisan, tetapi memiliki nilai spiritual dan simbolis sebagai perantara hubungan manusia dengan sejarah, leluhur, dan kekuatan kosmis.

4. Sedekah Bumi dan Ruwatan Di beberapa daerah, tradisi Suran juga disertai dengan sedekah bumi atau ruwatan. Sedekah bumi dilakukan sebagai wujud syukur atas hasil panen atau berkah hidup, biasanya dengan menggelar bancakan atau kenduri. Ruwatan adalah prosesi pembersihan diri dari bala atau nasib buruk, biasanya melibatkan pagelaran wayang kulit atau upacara adat tertentu.

5. Suran di Gunung Lawu dan Sendang-Sendang Sakral Banyak peziarah mendaki Gunung Lawu atau mengunjungi sendang (mata air keramat) seperti Sendang Beji, Sendang Drajat, atau Sendang Tirto Husodo. Gunung dan air dianggap sakral dalam kosmologi Jawa, dan ziarah ke tempat-tempat ini diyakini dapat membersihkan jiwa dan memohon keselamatan hidup.

Baca Juga :  Dampak Kekeringan Desa Mergasana Satlantas Polresta Purbalingga Salurkan Bantuan Air Bersih Dan Sayuran

Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Tradisi Suran

1. Spiritualitas dan Laku Hidup Suran mengajarkan pentingnya laku prihatin, introspeksi, dan hidup sederhana. Tradisi ini menjadi ruang untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, menyucikan hati, dan menata ulang niat dalam menjalani kehidupan.

2. Penghormatan terhadap Leluhur Tradisi tahlilan dan ziarah kubur menjadi bagian penting dalam Suran. Masyarakat Jawa percaya bahwa menjaga hubungan spiritual dengan leluhur adalah bagian dari menjaga keseimbangan hidup dan keberkahan.

3. Harmoni Sosial dan Alam Melalui kenduri dan sedekah bumi, masyarakat diajarkan untuk menjaga hubungan sosial yang erat dan menghargai alam sebagai sumber kehidupan. Tradisi ini merekatkan ikatan komunitas dan membangun solidaritas sosial.

4. Identitas dan Ketahanan Budaya Budaya Suran adalah cermin dari ketahanan budaya lokal dalam menghadapi arus modernisasi. Ia menjadi medium pewarisan nilai-nilai luhur dan identitas budaya Jawa kepada generasi muda.

Budaya Suran bukan sekadar warisan adat, melainkan representasi nilai-nilai luhur yang mendalam: spiritualitas, kearifan, dan keselarasan hidup. Masyarakat Jawa memaknai Suran sebagai momen kontemplasi dan pelestarian budaya. Di tengah zaman yang terus berubah, Suran menjadi lentera kearifan lokal yang menuntun manusia pada kedalaman makna hidup dan jati diri.

Berita Terkait

Wamentan Pengin Bukti Aksi KDMP
Lomba Mewarnai dan Melukis Dalam Rangka HUT Bhayangkara ke-79 Diikuti 160 Peserta
Berbagi Kasih di Perbatasan Papua bersama Brajasakti
Situasi Pelabuhan Ketapang Banyuwangi Lancar, SISKOM-PN dan GAPIBER Himbau Pengemudi Truk Tetap Waspada
Ketua Forum Jurnalis Binong Desak Pemkab Tangerang Percepat Pembangunan Tandon untuk Atasi Banjir
Penjualan Tiket Piala Presiden 2025 Ramah Kantong
Banjir di Tol Bitung Tangerang: Arus Lalu Lintas Lumpuh
Webinar Nasional UNPAM Soroti Deep Learning dan Digitalisasi untuk Kompetensi Guru di Era Disrupsi

Berita Terkait

Minggu, 29 Juni 2025 - 19:33 WIB

Wamentan Pengin Bukti Aksi KDMP

Minggu, 29 Juni 2025 - 18:21 WIB

Lomba Mewarnai dan Melukis Dalam Rangka HUT Bhayangkara ke-79 Diikuti 160 Peserta

Minggu, 29 Juni 2025 - 17:36 WIB

Berbagi Kasih di Perbatasan Papua bersama Brajasakti

Minggu, 29 Juni 2025 - 14:57 WIB

Situasi Pelabuhan Ketapang Banyuwangi Lancar, SISKOM-PN dan GAPIBER Himbau Pengemudi Truk Tetap Waspada

Minggu, 29 Juni 2025 - 14:50 WIB

Ketua Forum Jurnalis Binong Desak Pemkab Tangerang Percepat Pembangunan Tandon untuk Atasi Banjir

Berita Terbaru

Berita

Wamentan Pengin Bukti Aksi KDMP

Minggu, 29 Jun 2025 - 19:33 WIB

Berita

Berbagi Kasih di Perbatasan Papua bersama Brajasakti

Minggu, 29 Jun 2025 - 17:36 WIB