Depok, Dinamikanews.net – Menteri Ketenagakerjaan Prof. Yassierli, Ph.D. menegaskan bahwa peningkatan produktivitas nasional dan penguatan keterampilan digital menjadi fondasi utama dalam menghadapi masa depan dunia kerja yang semakin tidak pasti. Penegasan tersebut disampaikan saat Pelantikan Badan Pengurus Pusat Ikatan Alumni Politeknik Negeri Jakarta dan Stadium Generale di Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta, Kampus Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Minggu, 14 Desember 2025.
Dalam paparannya, Yassierli menjelaskan bahwa dunia kerja saat ini berada dalam lanskap VUCA yang ditandai oleh perubahan cepat, ketidakpastian tinggi, kompleksitas persoalan, dan ketidakjelasan arah. Kondisi tersebut, menurutnya, menuntut kesiapan sumber daya manusia yang tidak hanya unggul secara teknis, tetapi juga adaptif terhadap perubahan. Ia menilai bahwa ketidakpastian global, mulai dari disrupsi teknologi hingga dampak lanjutan pandemi COVID-19, telah memengaruhi kesiapan lulusan baru yang masuk ke dunia kerja.
Menjawab tantangan tersebut, Kementerian Ketenagakerjaan menjadikan Gerakan Peningkatan Produktivitas Nasional sebagai agenda strategis. Program ini mencakup penyiapan tenaga ahli produktivitas, skema sertifikasi, pembentukan komunitas, pengembangan klinik produktivitas, serta kerja sama dengan perguruan tinggi melalui pendirian pusat produktivitas. Yassierli menyebut inisiatif ini telah menjadi fokus sejak awal masa jabatannya sebagai menteri.
Ia juga menyoroti pentingnya penguatan keterampilan digital yang tidak selalu harus diperoleh melalui jalur pendidikan formal. Menurutnya, tingkat kemahiran digital di Indonesia masih belum optimal, sehingga pembelajaran berkelanjutan dan upskilling menjadi kebutuhan mendesak. Data menunjukkan bahwa sekitar 59 persen angkatan kerja perlu meningkatkan keterampilannya untuk tetap relevan dengan kebutuhan industri masa depan.
Dalam konteks perubahan pekerjaan, Yassierli memaparkan bahwa pergeseran teknologi telah mengubah banyak peran kerja, dari yang bersifat manual menuju keterampilan berbasis teknologi dan inovasi. Pada 2030 mendatang, diperkirakan sekitar 170 juta pekerjaan baru akan tercipta, sementara 92 juta pekerjaan lainnya berpotensi hilang atau tergantikan. Bahkan, sebagian besar jenis pekerjaan yang saat ini tumbuh pesat belum dikenal dua dekade lalu.
Ia menekankan bahwa tantangan tersebut menjadi tanggung jawab bersama, termasuk bagi dosen dan perguruan tinggi, untuk mencetak lulusan yang adaptif, agile, dan memiliki daya saing global. Model penguasaan kompetensi pun perlu berkembang, dari sekadar penguasaan satu keahlian menuju kombinasi keterampilan teknis, kognitif, dan sosial yang saling melengkapi. Inovasi dan kreativitas dinilai sebagai kata kunci agar lulusan mampu bertahan dan berkembang di tengah perubahan.
Menutup sambutannya, Yassierli menggarisbawahi bahwa kemampuan paling penting untuk masa depan kerja adalah learning agility, diikuti oleh design thinking, kecerdasan emosional, kolaborasi, dan inklusivitas. Ia berharap alumni Politeknik Negeri Jakarta dapat berperan aktif dalam membangun kolaborasi dengan civitas akademika dan dunia industri, sehingga mampu memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan bangsa di tengah lanskap global yang semakin menantang.

















