Kabupaten Bandung Barat (KBB), Dinamikanews.net – Dalam waktu dua hari Kabupaten Bandung Barat mengalami dua kali gelombang keracunan massal akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG). Setelah kasus pertama pada Senin (22/9), keracunan kembali terjadi pada Rabu (24/9) dengan korban berasal dari sekolah berbeda.
Bupati Bandung Barat Jeje Ritchie Ismail menegaskan pemerintah kabupaten resmi menetapkan kasus dugaan keracunan massal MBG sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
“Jadi sekarang juga kita sudah menetapkannya sebagai statusnya KLB supaya penangannya lebih cepat dan juga lebih menyeluruh,” katanya dilansir Antara.
Pemkab bersama instansi terkait kini melakukan investigasi terhadap dapur yang menyajikan hidangan MBG, sekaligus menutup sementara Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di wilayah Cipongkor.
“Mulai dari perizinan hingga standarisasi pengelolaan makanan harus kita cek. Kalau memang belum layak, ya kita lakukan perbaikan. Khusus dapur di Cipongkor ini kita tutup dulu untuk investigasi,” tambah Jeje.
Jeje menuturkan, pihaknya juga akan mengevaluasi seluruh 85 dapur MBG di Bandung Barat karena hingga saat ini belum ada satupun yang memiliki sertifikasi sehat. Evaluasi menyeluruh dianggap penting agar standar keamanan pangan benar-benar dipenuhi sebelum program dilanjutkan
Kepala Puskesmas Cipongkor Yuyun Sarihotimah mencatat, total korban keracunan MBG sejak Senin hingga Rabu pagi mencapai 411 pelajar mulai dari jenjang PAUD hingga SMA/SMK sederajat.
Dari jumlah itu, 364 orang menjalani rawat jalan, sementara 47 orang masih dirawat inap di RSUD Cililin, Puskesmas Cipongkor, GOR Kecamatan Cipongkor, dan RSIA Anugrah.
Keluhan yang dialami para siswa di antaranya pusing, mual, muntah, sesak napas, dan kejang-kejang.Bahkan, ada korban yang buang air besar hingga berdarah. Ada 411 orang terdampak keracunan MBG. 364 masih dirawat jalan dan 47 rawat inap,” jelas Yuyun.
Pelaksana Tugas Kadisdik KBB Dadang A. Sapardan menjelaskan bahwa keracunan gelombang kedua berasal dari dapur yang berbeda dengan kejadian sebelumnya.
“Ternyata ini dapur yang berbeda dengan lokus sekolah yang berbeda pula,” ujarnya.
Korban gelombang kedua berasal dari siswa SMK Karya Perjuangan Cipongkor dan MTS Manurul Huda. Menu MBG yang disantap pun berbeda dari hidangan pada kasus sebelumnya.
Adapun keracunan gelombang pertama menimpa siswa dari SMK Pembangunan Bandung Barat (PBB), MTS Darul Fiqri, dan SD Negeri Sirnagalih.