Jakarta, Dinamikanews.net- Bendera Merah Putih bukan hanya simbol negara, tetapi juga lambang keberanian dan kesucian yang penuh makna sejarah. Di balik pengibaran bendera saat Proklamasi 17 Agustus 1945, ada peran besar Fatmawati, istri Presiden Soekarno.
Fatmawati menjahit sendiri bendera pusaka yang dikibarkan pertama kali di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Walau tidak sesuai ukuran standar, bendera itu menjadi simbol sakral bagi bangsa Indonesia.
Sebelum kemerdekaan, Soekarno dan Fatmawati berdiskusi tentang bahan dan ukuran bendera. Karena sulitnya mendapatkan kain, Fatmawati meminta bantuan Chairul Bahri untuk menghubungi Shimizu, tokoh Jepang pro-kemerdekaan.
Shimizu berhasil membantu memperoleh kain dari gudang militer Jepang. Fatmawati lalu menjahit bendera itu menggunakan mesin jahit tangan, meski saat itu ia tengah hamil besar.
Dalam buku Catatan Kecil Bersama Bung Karno (2016), Fatmawati menceritakan, ia mendengar teriakan bendera belum ada. Fatmawati segera mengambil bendera yang telah dijahitnya satu setengah tahun sebelumnya saat mengandung Guntur Soekarnoputra.
Bendera itu diserahkan kepada panitia upacara, termasuk Kolonel Latief Hendraningrat dan Sudiro. Fatmawati menyelesaikan jahitan bendera tersebut dalam waktu dua hari.
Dalam buku Berkibarlah Benderaku (2003) karya Bondan Winarno, dijelaskan Fatmawati menjahit sambil meneteskan air mata. Saat itu, ia sedang hamil besar dan menjahit dengan kondisi fisik yang lemah.
Pengorbanannya menjadi simbol cinta tanah air yang mendalam. Kini, bendera pusaka itu dirawat sebagai warisan sejarah bangsa yang penuh makna.