google-site-verification: google05c48a55a4228fa2.html

Petilasan Mbah Panjer Alas Jurug Sebagai Potensi Destinasi Wisata Religi di Kelurahan Tepus

Rabu, 22 Januari 2025 - 01:02 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gunungkidul Yogyakarta – Sekitar tahun 1500-an, terdapat seseorang yang sakti dan tidak diketahui identitasnya sedang mengembara karena dikejar oleh pasukan kerajaan Majapahit. Kemudian seseorang tersebut bersembunyi dan beristirahat di alas Jurug. Dalam persembunyiannnya, beliau menancapkan (panjer dalam bahasa Jawa) sebuah baling-baling (kitiran dalam bahasa Jawa) yang terbuat dari kayu mindi dan terus berputar untuk memberitahu keberadaannya kepada teman seperjuangannya. Saat tertiup angin, kitiran tersebut berbunyi “dlok, dlok, dlok”.

Inilah asal mula nama “Dloko” yang berasal dari “dlok” suara kitiran, dan “iko” yang berarti “itu” dalam bahasa Jawa. Hal tersebut menjadi latar belakang kalurahan Dloko, wilayahnya mencakup empat padukuhan diantaranya: Pacungan, Walangan, Dongsari, dan Kanigoro. Selain itu, karena yang dilakukan oleh seseorang pengembara tersebut menancapkan baling-baling atau panjer kitiran, maka seseorang tersebut dikenal dengan “Mbah Panjer”. Petilasan ini ada karena Mbah Panjer meninggalkan jejak berupa terompah, tongkat, dan ikat kepala. Namun, pada petilasan ini hanya berisi tongkat. Tongkat tersebut dianggap sakral sehingga dikuburkan serta dirawat oleh masyarakat. Petilasan ini juga memiliki keterkaitan dengan dua petilasan lainnya di kawasan Dloko yang menyimpan peninggalan berupa terompah dan ikat kepala.

Baca Juga :  Siskom Tasikmalaya Jalin Sinergi dengan Bakesbangpol: Perkuat Peran Sosial dan Transportasi Daerah

Seiring berjalannya waktu, banyak masyarakat yang membuat janji atau nazar apabila mencapai sesuatu yang diinginkan. Nazar tersebut ditujukan kepada Mbah Panjer karena petilasannya dianggap sakral. Banyak masyarakat yang percaya dan merasa berhasil sehingga melakukan kegiatan “Nyadran” sebagai rasa syukur dan memenuhi janji terhadap Mbah Panjer.

Baca Juga :  Satpol PP Tangerang Gerak Cepat, Kontrakan Yang Digunakan Untuk "Bisnis Lendir" di Panongan Disegel!

Story telling tentang Petilasan Mbah Panjer ini dikutip dari cerita beberapa tokoh masyarakat yang mengetahui sejarah asal-usul petilasan salah satunya Budi Untoro. Sesuai cerita sejarahnya kemudian dibuatkan papan informasi sejarah oleh KKN AMPTA Yogyakarta tahun 2023 yang dapat dibaca oleh setiap pengunjung yang berkunjung ke petilasan. Menuju lokasi Petilasan Mbah Panjer juga dipasang papan penunjuk jalan mulai masuk gang jalan Padukuhan sampai lokasi ladang atau alas Jurug yang berbeda di Padukuhan Kanigoro Kalurahan Tepus Kapanewon Tepus Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta. (red)

Berita Terkait

Semarak Kemerdekaan RI Ke-80 Disambut Antusias Oleh Warga Desa Serdang Wetan
Pesta Rakyat Di Grahadi Disambut Antusias Oleh Masyarakat Jawa Timur
Keindahan Pantai Parangtritis Yogyakarta
Cing Poling kesenian tradisional Purworejo dari abad ke-17
Potensi Ekonomi Kreatif Kabupaten Tangerang Di Masa Depan
Lomba Seni Layangan di Purworejo Diminati Pengunjung Dalam dan Luar Negeri, Lelang Capai Puluhan Juta
Lalu Lintas Padat Di Jalur Malangbong Garut, Pengemudi Diimbau Waspada Dan Menyesuaikan Waktu Tempuh
Budaya Suran: Refleksi Spiritualitas dan Kearifan Lokal

Berita Terkait

Minggu, 24 Agustus 2025 - 10:44 WIB

Semarak Kemerdekaan RI Ke-80 Disambut Antusias Oleh Warga Desa Serdang Wetan

Rabu, 20 Agustus 2025 - 13:23 WIB

Pesta Rakyat Di Grahadi Disambut Antusias Oleh Masyarakat Jawa Timur

Jumat, 15 Agustus 2025 - 12:03 WIB

Keindahan Pantai Parangtritis Yogyakarta

Senin, 4 Agustus 2025 - 15:09 WIB

Cing Poling kesenian tradisional Purworejo dari abad ke-17

Kamis, 31 Juli 2025 - 12:21 WIB

Potensi Ekonomi Kreatif Kabupaten Tangerang Di Masa Depan

Berita Terbaru