Tangerang, Lensabumi.Com – Puluhan warga kecamatan panongan yang terdiri dari Desa Rancaiyuh dan Desa Rancakalapa terpaksa harus menerima dampaknya atas tindakan perusahaan PT. Dwi Karya Bentonit Indonesia yang diduga dengan bebasnya membuang limbah cair berbahaya ke saluran irigasi pemukiman warga.
Apalagi saat awak media dengan aktivis lingkungan datang ke lokasi tersebut pada hari senin, 15 April 2024. Terlihat jelas banyaknya lahan persawahan yang tidak berfungsi karena dampak pencemaran dari limbah cair berbahaya tersebut.
Tidak sedikit pula para petani yang merupakan warga sekitar yang harus menerima kenyataan atas hasil panennya yang menurun drastis karena dampak pencemaran tersebut.
Awang Marhawan yang merupakan warga desa Rancaiyuh yang menggarap sawah dengan luas sekitar 400 meter menyampaikan bahwa saat ini dia mengalami kerugian yang sangat drastis. Pasalnya, saat ini setiap panen, dia hanya mendapat hasil 2 karung hingga 5 karung saja. Berbeda dengan sebelum nya dimana dia bisa mendapatkan hasil panen hingga 4,5 ton.
Awang Marhawan pun menambahkan bahwa beras hasil panennya pun rasanya tidak seperti beras lain pada umumnya. Dimana beras yang ia panen selalu lembab dan rasanya aneh. Serta tidak pulen karena dampak limbah cair berbahaya tersebut yang masuk ke area persawahannya.
Berbeda dengan ibu umah yang memiliki sawah seluas 1.400 meter persegi. Dimana dahulu kala saat panen, beliau bisa mendapatkan hasil yang dapat memenuhi keluarga dengan hasil panen hingga 6 ton. Namun, saat ini sawahnya tidak bisa dipakai karena rusak total karena dampak pembuangan limbah cair dari perusahaan tersebut.
Lain hal dengan bapak sahid yang memiliki sawah seluas 2.500 meter persegi. Beliau selalu mengalami penurunan hasil dari tahun ke tahun. Bahkan, tahun ini pun dia harus merelakan sawahnya gagal panen total karena rusaknya tanaman padinya.
Ali, yang merupakan ketua RT setempat. Saat di wawancara pun menyampaikan bahwa ada warganya sekitar 20 orang yang saat ini mengalami dampak karena limbah dari perusahaan PT. Dwi karya bentonit Indonesia.
“Permasalahan ini sebelum nya pun sudah di sikapi oleh warga dan tokoh masyarakat untuk menyampaikannya kepada perusahaan. Akan tetapi hingga saat ini tidak ada bentuk pertanggungjawaban dari perusahaan atas kerugian yang dialami warga saya ini” Ucap Ali.
“Setahu saya perusahaan hanya memberikan kapur untuk dibagikan kepada warga untuk disebarkan ke lahan pertanian nya agar tanahnya bisa subur. Akan tetapi tidak memberikan perubahan yang berarti karena hasil tanaman padinya pun tetap tidak maksimal” Tambahnya.
“Warga pun pernah melakukan mediasi dengan perusahaan yang difasilitasi oleh polsek legok dan tokoh sekitar masyarakat. Akan tetapi tetap saja warga tidak menerima ganti rugi ataupun kompensasi atas kontaminasi dari perusahaan. Malah informasinya perusahaan memberikan uang kompensasi kepada warga yang bernama Aja Sasmita. Tapi kenyataannya warga saya tidak ada yang menerima dana kompensasi tersebut.” Pungkasnya.
Kades Rancaiyuh saat di wawancarai pun menyampaikan “Saya sangat mendukung sekali apabila ada aksi yang dapat menyelesaikan permasalahan warganya yang telah terjadi bertahun-tahun ini” Ucapnya.
“Karena saya selaku kepala desa pun sudah berupaya melakukan musyawarah dengan pihak perusahaan dengan hadiri oleh camat legok dan camat panongan. Namun perusahaan tetap melakukan pencemaran lingkungan yang berdampak pada warga saya dan warga desa Rancakalapa.” Tambah Suherman
“Saya berharap agar perusahaan dapat memberikan solusi agar permasalahan ini segera teratasi. Dengan tidak menimbulkan polusi lingkungan tetapi perusahaan tetap berjalan secara wajar”.pungkasnya.
Saat aktivis lingkungan dan kebangkitan media mendatangi perusahaan untuk mengklarifikasi, pihak keamanan pun menyampaikan bahwa bagian HRD tidak ada di perusahaan. Dan apabila ingin menanyakan sesuatu untuk ditanyakan langsung ke Dinas saja. Pesan dari pimpinannya.